Ingak 3x, Politik “KULTUS” ; Penyakit pengroposan KEBHINEKAAN
Ingak
3x, Politik “KULTUS”
; Penyakit pengroposan KEBHINEKAAN
Fenomena KULTUSMENGKULTUSKAN mmg terjadi tdk hanya pd zaman ini. Jawa Pos 1997, Presiden Suharto ketika melihat gelagat tsb pada penghujung tahun keredupan kekuasaannya berkata di Istana Negara; “Jangan Kultuskan saya”. Artinya apa, BUDAYA, latah, mengkultuskan figuran tertentu memang sdh lama menjadi ‘penyakit kronis’ yang tak jarang PARA PENGIDAPNYA tak sempat / tak pernah menyadari bahwa ia sedang MENGIDAP PENYAKIT berbahaya jika tidak DIINGATKAN oleh orang lain [baik scr suka ataupun tidak]. Pertanyaanya, mengapa meng- KULTUS [identik men JILAT) terjadi ? Pertama, dari sisi PENGkultus, ada yang berniat mengKULTUSkan namun karena terlanjur dihinggapi rasa nar-benar : suka, kagum, maupun untuk tujuan [maaf] “menjilat” maka rasa suka tsb kian bertambah [baca; dibesar-besarkan] dgn harapan dapat mencapai tujuan ABS [asal bapak senang]. kategori pengkultus jenis ini cenderung “MENCIPTAKAN” nuansa situasi PLUS untuk menggeret siapapun merasakan sama ; kagum dst, dgn tujuan pengkultus dpt meraih KEUNTUNGAN politis. Model pengkultusan ini saat kini mulai tren kembali diterapkan dlm konteks POLITIK terutama jelang hajatan lima tahunan :pileg, pilkada apalagi Pilpres.
Kedua, dari sudut TERKULTUS, umumnya ybs tak sengaja punya niat
MENGKULTUSKANDIRI, namun sayangnya sejarah membuktikan bhw terkultus selalu mudah
“kintir” terbawa arus fragmenting KULTUS akan membutakan AKAL SEHATnya ter “GR” kan bhw ia pun seolah yakin
bhw dirinya sudah sesuai dgn opini PLUS yg di BRANDINGkan kpd nya adalah benar
adanya, sehingga kita tahu BETAPA para terKULTUS dalam cerita sejarah justru
yg andil besar dlm prosesi KEJATUHANYA adalah orang-orang terdekatnya yang dulu GETOL membangun image KULTUS kepada nya. Lihat era Bung
Karno, Pak Harto dll [telaah sendiri siapa yg getol meng kultus kan beliau dan siapa pula yang akhirnya andil besar
men JATUH kan beliau-beliau terKULTUS]. Dalam
dimensi Tarih Keemasan ISLAM ada fragmen menarik untuk dipetik tentang KULTUS mengKULTUS berikut ; Ketika
Umar bin Khattab diberi kabar bahwa Rosululloh wafat, spontan Umar mencabut pedang seraya
mengancam akan membunuh siapa saja yang brani mengatakan Rosululloh wafat. Dan , Melihat Fragmen yang ditunjukan sahaba
Umar atas meninggalnya Nabi, Syayyidina
Abubakar menegur sambil mengutib ayat Qur’an
Al Imran 144 “Muhammad tidak lain hanyalah seorang Rosul, yang sebelumnya juga telah berlalu rosul-rosul lainya. Apakah jika dia meninggal atau terbunuh kamu kembali ingkar pada kebenaran?”
(Ayat di atas juga seringkali untuk meluruskan orang munafik yang ingkar
akan adanya Surga dan Neraka karena membuktikan ada tidak nya surga dan neraka
setelah ybs meninggal).
Apakah figur JOKOWI dan PRABOWO termasuk kena imbas penyakit ini pada
tataran ‘akar rumput’ nya ???
Untuk mewakili jawaban tersebut dalam hemat Ko2 mengatakan “IYA”. Apa buktinya ? Sederhana, lihat pertajaman “pro dan kontra”
para pengagum fanatik keduanya (Prabowo-Jokowi) dalam berdebat silat,
hujat-menghujat, bahkan menanggalkan akal sehat saling ‘tantang’ dll dsb itu
indikasi KULTUS yang sudah menjangkiti mereka. Parahnya hal tersebut diperkeruh
oleh sikap yg dipertontonkan oleh masing-masing “oknum” timses nya yang
rata-rata adalah para ‘oknum’ elit PARPOL pengusung yang realitasnya adalah
para akademisi. EDANNN kan situasi tersebut (???)
Hmmm…eforia yang sebetulnya masih JAUH PANGGANG daripada API
tsb slalu ada pada tiap pergantinan “REZIM” selalu muncul jiwa muka muka peng
KULTUS (baca: sengkunisme) saat Pemilu, pemilukada apalagi PILPRES.
Namun kita tdk terlalu kesulitan untuk bisa melihat contoh kongkrit
; POLITIK KULTUS MENGKULTUS dijadikan STRATEGI untuk mendulang UNTUNG yg LEBIH
BESAR diterapkan di negeri ini oleh siapapun PIHAKnya, dan Ko2 berharap untuk
DIPERTIMBANGKAN dgn BIJAK karena EFFECT nya sangat BURUK thdp pencerahan PENDIDIKAN POLITIK yang RESPONSIBLE karena bisa membodohkan
masyarakat yang sudah dalam PUNCAK KEJENUHAN bagaimana SANGGUP BERPIKIR
JERNIH. Maka menurut Ko2, hindarkan politik kultus mengkultus adalah salah satu cara
membangun FUNDAMENTAL PERSATUAN N KESATUAN BANGSA tercinta ini agar TIDAK
semakin TERKOYAK oleh ketidak WASKITOan kolektip para elit negeri nya
sendiri yang hanya memikirkan UNTUNG; pribadi, kelompok/golonganya saja, serta
MERASA “TER” bhkn PALING sendiri, dari yg lainnya. Kritik saran Ko2 untuk HAL ini sudah Ko2 komunikasikan secara efektif pada tulisan jelang Pilpres 2014
lalu, berharap PILPRES kali ini 2019 jika ada
Capres-cawapres yang masuk dlm lingkaran menuju dikultuskan maka, jangan lupa, GUNAKAN AKAL SEHAT dengan BISMILLAH..!!!
Sudah zamannya, duit duit pegang kendali , kata saat lagu
BalasHapus