Hidup = Proses Mengelola Prasangka



Hidup = Proses Mengelola Prangka (?)

Seorang Optimistis atau pesimiskah anda , itu akan nampak pada bagaimana cara mengelola prasangka (dilema) yang mewarnai perjalanan hidup yang : telah, tengah maupun alan berlangsung.
Sebagai orang yang beragama, kita diajarkan agar slalu berpikir positif. Terutama kepada Tuhan, dengan cara ihlas menerima ujian / cobaan apapun yang menghampiri, dan wajib meyakini bahwa rencana Tuhan pasti yang terbaik. Keyakinan macam ini penting untuk membuat kita selalu berfikir positif menghadapi situasi + kondisi apapun. Dan itu menjadi modal berharga guna membangun rasa optimisme yang tidak dapat dipisahkan dengan sikapikir positif (khusnudzon) supaya melahirkan berbaik sangka dalam menjalani proses mendengar untuk juga mampu melihat. Sebaliknya, berfikir negatif (syu'udzon) akan mengudang sikap berburuk sangka terhadap dilema apapun. Akan terperangkap menjadi pesimistis. Maka patut dicatat, sikap berbaik ataupun berburuk sangka itu sudah seperti panjatan "doa".  Mengingat, Pertama, Tuhan (baca: Allah SWT) mengabulkan sesuatu hal tergantung dari prasangka hambanya (Al ayat). Artinya jika seorang hamba berbaik sangka kepada Tuhan atas apapun kejadian yang menimpanya maka Tuhan pasti menyediakan jalan keluarnya. Secara logika maupun tak disangka sangka. Begitupun sebaliknya.  Yang Kedua, prasangka itu merupakan wilayah men duga-duga, raba-raba (tuduhan: red) karena untuk dapat tersingkap kebenaranya harus didahului dengan "proses pembuktian" yang sah. Catatan tebalnya adalah prasangka buruk akan menggiring sesuatu dan siapapun kepada  "ketidak pastian" atas kebenaran sesuatu / seseorang, dan pada giliranya akan menimbulkan permasalahan yang serius, kenapa ?  karena "ketidak pastian" sudah terlanjur diyakinidini sebagai "kebenaran". Makanya di dunia hukum dikenal ada azas "praduga tak bersalah" sedang di dunia jurnalis berlaku etika untuk tidak menulis nama lengkap dan photo tersangka sebelum terbukti 'bersalah' dalam keputusan pengadilan.   Hmmm, berpikir positif/ berbaik sangka/ optimistis/ khusnudzon atau sebaliknya tersebut dapat menjadi cermin untuk menilai seseorang tersebut BIJAK atau TIDAK sederhananya bagaimana dia menyikapi apabila sedang mendapati ada : 'gentong berisi air yang hanya setengah', maka orang yang kurang bijak (buruk sangka) dia akan langsung berkata: "bejana itu separuh kosong". Akan menjadi lain bila dia adalah seorang yang bijaksana maka dia akan lugas mengatakan bahwa : "bejana itu berisi air masih separuh".  Mengapa ?Perhatikan, jika dia hanya berkata: "bejana itu separuh kosong" pasti dia berfikir bahwa bejana tersebut faktanya airnya separuh kosong, maka sudah finished, titik.   Sebaliknya bila dia mampu mengatakan : "bejana itu masih berisi separuh", maka dia akan mikirkan konsekuensi logisnya, bagaimana dia berusaha untuk dapat memenuhi separuhnya lagi supaya bejana tersebut menjadi PENUH.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Wong Jowo Kudu Tetep Njawani" ; BABAT TANAH JAWA (bag.2)

Mahluk Tuhan Jangan Melampaui BATASANYA